Monday, September 3, 2007

Menjadi bahagia

11.17 malam - hp berbunyi, sebuah sms dari seorang teman lama di Bandung.

"Shob, menurut kamu bisa nggak kita bahagia seperti dalam dongeng"

Please... mata sudah siap merem, posisi enak untuk tidur sudah saya temukan. Ya, saya agak bermasalah menemukan posisi tidur yang 'pw': tangan di bawah kepala atau di samping, kaki ditekuk atau lurus, mau miring atau telentang...

Bahagia... emmmh, mau nggak mau mata jadi agak melek. Ya, siapa yang nggak mau bahagia. Coba, kalau saya tanya, "siapa yang tidak ingin bahagia?" Saya yakin tak satu tangan pun teracung.

Menjadi bahagia adalah keinginan tiap orang. Naluriah. Tapi bahagia versi dalam dongeng adalah bahagia penuh luka, duka dan air mata. Oke, bahagia terkadang menjadi akhir dari sebuah perjuangan. Tapi nggak perlu gitu-gitu amat kali yah. Coba deh, mungkin kita bisa bahagia dengan hal remeh temeh yang selama ini nggak kita sadari.

Saya bersyukur gampang sekali dibuat senang, dibuat bahagia (hehe, gampang juga dibuat marah). Ketika bos (dulu) sms 'thx' atau 'good job' saya happy. Pakai seprei baru dicuci, saya langsung bisa tidur nyenyak. Keponakan bikin surat ke saya yang cuma ditulisi 'bunda shobi' (karena baru itu yang bisa dia tulis dengan bantuan ayahnya) saya senang. Ketemu segelas jus setelah muter-muter di tanah abang dan yang dicari nggak ketemu, saya langsung adem.

Bahkan naik mobil aja bisa bikin saya bahagia. Naik mobil nggak mesti jalan-jalan. Asal naik mobil aja, saya sudah senang... hehe. Teman saya Mas Anto sampe bilang, "gampang banget bikin kamu happy, cuma muter-muter naik mobil aja senengnya minta ampun..." Hahaha. Apalagi kalo saya dikasih gift atau oleh-oleh... wuaahaah, happy tenang.

Hhhmmm... mungkin yang terpenting kita selalu mencoba mensyukuri yang kita terima ya. Itu aja dulu. Itu akan membuka pintu-pintu bahagia. Jadi nggak usah muluk-muluk.

Ibuk saya selalu berpesan, "apa yang terjadi dalam hidup ini dijalani, dinikmati, disyukuri." Terus terang saya senang mendengarnya, meskipun pesan ini berulang-ulang saya terima (bener, sering banget, kalau saya telpon 4 kali, 2 kalinya pasti ada, hihi).

"Lis, menjadi bahagia tak perlu jadi putri dalam dongeng. Bahagia adalah hak kita. Bisa kita miliki. Dan yang terpenting, kita sendiri yang bisa menciptakannya."

1 comment:

ummu raisah said...

stuju..bahagia itu diciptakan..jangan di nanti..
tapi semuanya tergantung tingkat keimanan dan bacaan..hehehe...
bisa minum air mateng tiap haus aja uda bahagia kok ^_^